Sabtu, 27 Mei 2017

New Game.


Setidaknya, gue pernah, dan akan terus berjuang.
..

Gue dilahirkan sebagai ekstrovert. Pas kecil, gue punya banyak temen. Nyokap gue bilang kalo gue anaknya cepet dapet temen. Hal ini gak gue bantah, karena waktu kecil emang rasanya gue seneng sama semua orang, dan begitupun sebaliknya. Mungkin ini bisa terjadi karena gue orangnya suka ngobrol, yang kadang gak pada tempatnya.

Menginjak remaja, gue dikenalin sama yang namanya online games. Tapi, hype gue mainin online games kayak PointBlank yang notabene tenar banget pada jamannya, cuma berlangsung sebentar. Gue lebih enjoy ngabisin waktu di game-game RPG server internasional sekalian belajar bahasa inggris, atau main 1v1 di LostSaga. Nah, karena tipe game yang gue suka itu yang bersifat individualistik (game RPG yang gue mainin servernya internasional, dan jadinya temen-temen gue cuma sedikit yang main), gue mulai menemukan diri gue yang baru, yaitu gue yang suka banget ngabisin waktu buat sendirian (bukan berarti gue suka menyendiri gak kenal situasi). Bisa dibilang gue tumbuh menjadi orang yang lebih introvert-ish. Maksudnya disini adalah, akhirnya gue menemukan apa yang disebut "me time", dan gue ngerasa enjoy banget ngelakuinnya. Bahkan mulai dari situlah gue menciptakan mimpi kalo suatu saat gue bakal jadi pengembang game ternama, dan setidaknya membawa nama "Indonesia" di punggung gue sebagai kebanggaan. Mimpi ini pun hingga saat ini masih gue kejar, dan semoga Tuhan beserta ciptaan-Nya mendukung gue mewujudkannya. Apalagi dengan perkembangan dunia industri games yang fantastis, tidak hanya bagi pengembangnya, namun juga pemainnya. Bahkan, di suatu event besar dari game DoTA2 yang bertajuk "The International 2016", angka $18,477,010 atau sekitar 246 milyar rupiah terpampang sebagai total hadiah, dengan tim "Wings" dari negara China meraih juara 1 dan membawa pulang $9,100,000 atau sekitar 118 milyar rupiah. Gila.

Namun, buat gue ngejar mimpi ini gak gampang sama sekali. Gue sadar dari awal, ngejar mimpi ini butuh banyak pengorbanan, perjuangan, dan perlawanan. Mimpi gue sebenernya bukan murni cuma pengen jadi pengembang game ternama doang. Itu cuma mimpi pertama gue, dan itu cuma secara egoisme diri gue sendiri aja. Mimpi kedua gue adalah menciptakan mindset positif ke semua orang, khususnya orang tua, bahwa main game itu nggak buruk. Orang bisa dapet duit dari main game, orang bisa dapet motivasi dari main game. Nggak segalanya tentang main game itu buruk dan harus di tentang. Nggak. Udah banyak contoh orang sukses di dalam industri game, entah apa jenis game nya, dan entah dia pengembang atau pemain. Gue pengen menyebarkan kepositifan terhadap pikiran orang-orang tentang game. Kalopun gue gak bisa, gue pengen membantu orang-orang yang bisa mewujudkan mimpi itu.

Kenapa gue cerita masa kecil gue pada awal tulisan ini, karena gue merasakan sesuatu yang mungkin sekian orang juga merasakan yang sama, yaitu dilarang. Dilarang oleh terutama keluarga sendiri itu gak enak. Dan gue tau, mereka punya alesan sendiri ngelarang gue mewujudkan mimpi-mimpi gue yang emang keliatan konyol. Mungkin keluarga gue khawatir, karena mereka ngeliat perubahan pada diri gue selama ini. Gue yang awalnya suka main bola, aktif, jadi suka bersemedi di depan layar monitor berjam-jam tiap hari buat main game. Gue yang awalnya punya banyak temen, lama kelamaan semakin dikit dan semakin dikit.

Yang jadi pemikiran gue kenapa keluarga gue cukup tidak mendukung mimpi gue ini adalah mungkin karena berita dalam negeri yang selalu tidak enak didengar jika menyangkut online games. Bukan hal yang aneh di telinga masyarakat bahwa terdapat orang terutama anak-anak yang meninggal dunia karena bermain online games tanpa henti selama berhari-hari di lingkungan yang tidak sehat. Sebenarnya, pelarangan bermain online games karena hal semacam ini merupakan sesuatu yang lucu buat gue. Kenapa? Coba gue bandingin antara online games dengan sepak bola atau hobi yang lainnya. Pertama, apakah ada orang yang meninggal karena bermain sepak bola? Banyak. Mulai dari cedera, serangan jantung, dll. "Tapi kan, kalo hobi yang lain ada istirahatnya". Games terutama online games pun banyak yang telah memberi himbauan kepada pemainnya untuk beristirahat sejenak secara berkala. Kedua, apakah dengan bermain bulu tangkis atau hobi lainnya kita bisa mendapatkan finansial yang baik? Bisa jadi. Begitu pula dengan games. Bedanya, perlombaan hobi-hobi lainnya sudah ada semenjak jaman dulu, sedangkan di Indonesia, perlombaan khususnya online games baru menjarah beberapa tahun yang lalu. Perlombaan bagi pengembang lokal pun sedang bertumbuh pesat.

Entah kenapa tulisan ini semakin egois. Hahaha. Sebelum itu terjadi, gue pengen meluruskan bahwa paragraf sebelumnya adalah latar belakang dari mimpi gue yang ketiga, sekaligus yang utama. Mimpi gue yang paling gue gregetin adalah, membuat warga Indonesia khususnya anak-anak sadar, bahwa mereka adalah penentu dari industri games Indonesia sebenarnya. Gue pengen menyadarkan mereka bahwa gak perlulah berperilaku yang tidak sepatutnya ketika sedang maupun tidak sedang bermain games, gak perlulah menghina orang lain di dalam atau di luar game ataupun terhadap suatu elemen game karena itu berpengaruh besar terhadap mereka dan sekitarnya, gak perlulah main berjam-jam atau berhari-hari tanpa istirahat sama sekali demi kesehatan masing-masing. Gue pengen mereka ikut lomba sana-sini, menangin, supaya keluarga mereka tau, negara kita tau bahwa games itu punya potensi buat masyarakatnya. Gue pengen ngasih tau mereka bahwa jangan nyalahin orang tua kita kalo kita nantinya dilarang main games, toh kita juga gak menunjukkan suatu kepositifan dari bermain games, yang ada cuma lupa waktu, berbuat dan berbicara yang gak sepantesnya. Gue pribadi pun sadar, bahwa untuk ngerubah orang lain, kita dulu yang harus berubah. Dan gue pengen menyebarkan ketersadaran gue ini ke pemain dan pengembang lokal yang sedang sama-sama berusaha membenahi sambil menikmati dunia game Indonesia pun dunia. It's a new game, overwrite existing save file.

Akhir kata, gue bukan mau sombong, gue juga sadar mimpi gue masih panjang, banyak yang harus gue tempuh. Tapi orang pernah bilang ke gue bahwa gue harus meneriakkan mimpi-mimpi gue sekenceng mungkin, biar jadi kenyataan. Dan menurut gue, tulisan adalah suara gue yang paling kenceng, yang satu dunia pun bisa denger.
© An airhead's words.
Maira Gall